Kita sadari dengan fikiran sendiri, melangkah maju ataukah tetap melangkah mundur dan bermakna sama atau tidak pernah bermakna sama sekali.
Kerja-Kerja Intelektual.
Banyak sudah jerih payah untuk tetap mendorong setiap individu agar tetap memiliki semangat seperti sedia kala. Di katakan lama belum tentu, akan tetapi tempo dari beranjaknya kita telah bersama dalam sebuah perkumpulan kecil ini memberikan makna yang sedikit kepada masing-masing individu yang berfikir. Kurang lebih dua tahun lamanya kita mengisi kebersamaan dengan berbuat suatu yang bermakna, yang sebagian melakukan tugas, yang sebagiannya lagi meniti harapan dan seglintir saja menjaring cita-cita dari masa depan.
Bertolak dari pemikiran yang kritis kita ciptakan suasana yang beda. Berbeda dari yang biasanya di buat atau dilakukan oleh kerumunan orang bicara tentang perubahan. Semakin panjang dan jauh perjalanan kita ternyata semakin menepis keretakan yang bermuara di letak pijak pendirian dan eksistensi kebersamaan. Dan pada akhirnya keretakan yang merajai dan berdiri digaris tengah potensi masing-masing individu. Kini ketakutan mulai mengusik isi kepalaku, membuat aku pada seiring waktu telah betanya-tanya tentang apa yang sebenarnya kita cari ataukah apa yang telah bermanfaat untuk kita semua.
Semenjak akhir-akhir ini kita telah simak bersama seperti menonton berita di layar lebar, terpampang jelas dimata setiap individu bahwa tidak ada lagi yang berbicara atau berkeinginan merubah pola laku atau setidaknya mengembangkan potensi diri menjadi diri yang kritis dan intelek. Tak perlu panjang lebarlah bahasanya, yang pada prinsipnya generasi sekarang sudah tidak lagi memiliki minat untuk tetap menjadi manusia-manusia modern yang berjiwa keras dan militan.
Kerja-Kerja Intelektual!
Mungkin saja kadar metode mendidik ataukah cara mereka sendiri yang telah berpaling dari dunia kritis seperti sebelumnya telah kami miliki. Ataukan mereka sendiri yang sudah bosan dengan hidup yang seperti burung kehilangan induknya. Pada titik ini menyentuh kita dalam sajak sederhana tentang sebuah proses ketergantungan. Dikatakan demikian karena kita telah ketahui bersama bahwa realita kini menunjukan kita dengan seluruh karateristik yang berbeda. Kalaupun disuruh untuk memilih, maka aku lebih memilih keluar dari garis generasi yang militant dan kritis. Mengapa ? ada apa ? atau apa sebabnya? untuk yang awalnya saya bisa katakana karena memang tak sejalan dengan misi kebersamaan yang sebelumnya telah kita ikrarkan sama-sama. Yang kedua mungkin sangat sederhana ingin saya katakan bahwa memang tidak ada jalan lain selai keluar dari kebersamaan yang tidak lagi sehat lingkungannya. Dan yang terakhir sebabnya adalah kini semua yang hadir bersama tidak lagi menhadirkan gagasan baru atau salaing memberikan imbal balik pengetahuan untuk sekedar menambah khasanah pengetahuan yang masih kurang itu.
Tema dari gorasan jalan sang keluh ini mungkin juga telah menyentuh atau saya sendiri sengata untuk menyinggung para generasi muda yang sedang bingung ini. Dan sayapun tidak akan mau dikata bila sedang menjalani proses pengembangn diri bersama dengan kekacauan yang telah dibuat oleh mereka yang kecil pendirian dan minim semangat belajarnya. Baik belajar menjadi dewasa dan belajar menjadi manusia yang bermanfaat di atas bumi pemberian tuhan ini.
Saya rasa ini adalah perang melawan ketakutan atau rasa keingintahuan pada diri masing-masing. Sehingga secara jelas kita di perhadapkan di lapangan tempur dengan tangan yang gemetar. Yah gemetar karena tidak tau apa yang harus dilakukan ditengah peperangan diri ini. Untuk memenangkan peperangan ini kita harus berani melakukan kerja-kerja intelektual dengan amat gigih. Kerana orang yang mungkin dan mampu terima tantangan ini adalah generasi muda. Dan juga yang seharusnya kita ciptakan adalah budaya bertanya, mencari, mengkritik dan mampu menganlaisis problem yang menghampiri kehidupan kita. Mampu menafsirkan problem yang terjadi di dunia yang terus menyuguhkan kita beragam kejadian dan temuan-temuan yang beru.
Andaikan Kalian mau ?
Mengapa demikian?. Karena kalian generasi mudalah yang paling mampu memahami diri kalian dan berkomunikasi dengan inteketual muda lainya pada masa yang sama. Dalam hal ini bisa dikatakan inilah jihad kalian, jihad akal dan pikiran, jihad demi akal dan hati, Maka aku mendorong kalian dan generasi muda lainnya untuk mempersenjatai diri dengan buku, pena dan sarana belajar lainnya. (Baca Aku menggugat karya Jeffrey Lang). andaikan kalian mau dengan bakat kecerdasan karena sangat bermanfaat untuk menafsirkan kembali tradisi-tradisi komunitas atau kebersamaan kita. Bersikaplah objektif dan dengan keberanian hati dan jangan pernah lupa bahwa hidup, perjuangan dan pengorbanan adalah satu-satunya jalan panjang yang tidak memiliki batasnya.
Tidak terasa sudah dua tahun lamnya kita bersama membangun, bekerja dan belajar. Aku dan waktu terus membincangkan banyak hal yang telah di lalui. Berbincang tentang agama, universitas, sosial, politik, sains, kemiskinan, ekonomi, sejarah dan bidang ilmu lainnya. Yah masih banyak perbincangan aku dan waktu. Jika diri mulai lelah dan bertantya akankah masih ada generasi muda yang mau bertanya dan berbincang tentang segala corak persembahan dunia modern di hari yang selanjutnya? Pertanyaan ini tidak terlalu sulit untu ditanyakan, akan tetapi dengan keyakinan dan jiwa yang lembut saya rasa sampai detik ini sudah tidak ada lagi generasi baru yang mau menjadi generasi penerus yang bingung dengan penafsiran realita ruang dan waktu.
Berhentilah Menghina!
Akan menjadi hal yang lebih indah jika hanya dengan talenta kita ciptakan suasana yang hangat dan memberikan angin segar bagi setiap generasi muda yang menyusul jejak kita. Satu bulan terakhir ini saya tidak bisa mengucapkan sepatah katapun untuk kalian dengar. Kalian generasi muda yang memiliki pendengaran, daya serap dan juga indera perangsang yang lainnya. Mampukah dapat menerjamahkan ketidak adanya kata yang keluar dari mulut saya yang lancang ini.
Jangan sampai setelah matahri terbenam dan terbit kembali, segala buah pemikiran yang telah saya persembahkan tanpa menghitung waktunya ini kalian mengaggapnya sebagai canda ataukah suara angin yang berlalu begitu saja. Seharunya tingkat kesadaran kalian sudah mulai menyelimuti kekhawatiran kalian dalam memaknai setiap kata seperti deru detak jam dinding yang kalian pajang di setiap sudut-sudut meja belajar. Ataukah kalian hanya mampu mengangap sepeleh pergolakan antara pikiran dan hati didalam komunitas yang di tengah-tengahnya adalah ladang kebodohan yang subur.
Yang saya inginkan bukanlah kenangan saat saya melangkahkan kaki ini dari komunitas yang telah lama saya kecimpun didalamnya. Saya juga tidak menginginkan sejarah yang busuk dari kebersamaan. Oleh karenanya saya mengajak kepada kita semua mari kita berhenti menhina diri, pikiran dan hati kita. Agar segala bentuk penjamahan kata dan rasa berjalan dengan sendiri seiring waktu dan dering jam dinding di sudut-sudut meja kalian. Dalam gambaran ini dan pertimbangan-pertimbangan lain saya berpendapat bahwa disatu sisi apapun pendapatnya di dalam setiap komunitas pasti ada yang menyinggung dan mendukung perjalanan generasi muda.
Jangan Takut, kita Pasti gagal!
Ketrbatasan atau kekurangan kita tidak membuat kita lemah. Saya berpendapat bahwa hal ini akan membuat kita menjadi pribadi yang kuat dari hari kehari. Kerana kita berpikir dengan pikiran kita sendiri, bukan pikiran orang lain. Sehingga untuk membangun dan memperkuat kepribadian atau karakter kita, kita hanya dengan menggunakan pikiran kita yang bersih dari pengaruh pikiran-pikiran lain yang kotor.
Semestinya kita tidak perlu merasa takut dan ragu akan jargon hidup yang lebih tenang. Saya memang sepakat kalau kita sama-sama mengankat tangan dan berikrar tentang kita yang mau berbuat dan terus berbuat. Karena memang itu yang dinginkan oleh realita kini. Sementara generasi yang lain merasa takut akan berbuat hal yang sama. Ini yang aku sebut sebagai perbedaan dalam satu titik perjalanan mengembangkan diri dari belum berdiri menjadi tau akan makna dari melangkah dan berbuat untuk suatu yang besar.
Jadi kita tidak perlu ragu-ragu akan kemampuan kita, kita harus percaya kepada kemapuan kita. Harga diri yang kita miliki seharusnya bisa membuat kita kuat dan terus bersikap positif (Baca, Berpikir Benar. Berpikir Positif karya : Elsa Sakina). Untuk mengamini keberpihakan kita terhadap hati atau pikiran kita, tidak perlu kita bicara soal menang, kalah ataupun musnah sebuah pikiran. Yang seharunya kita lakukan adalah jangan berhenti memberi pengertian kepada jiwa akan makna dari keinginan yang telah ada agar kita tidak pernah takut karena kita pasti gagal menjadi orang yang tidak berkarakter baik.
Identitas Adalah Yang Utama.
Sekarang hampir sebagian besar generasi mudah telah mengetahui apa yang di maksud dengan perubahan atau proses. Begitu juga diri kita. Dan seterunya, jika kita sudah mengetahui diri kita adalah generasi muda, lalu dimana anda harus pergi dan kemana tujuan yang kita iginkan? Kita tidak perlu mengurai kejadian satu-persatu. Cukup sedetail mungkin yang kita anggap sebagai perbuatan yang bermakna bagi generasi yang akan datang telah menyusul kita. Akan tetapi sebaiknya uraian kita hanya sebatas pada apa yang sesungguhnya telah kita perbuat bukan sekedar dalam rancangan semata seperti sebuah bisnis planning. Untuk lebih mengefektifkan dan mengefisiensikan gagasan kita mengenai perubahan yang kita maksudkan tadi, maka identitas adalah salah satu yang utama dari seribu atribut generasi muda yang berpendirian.
Di samping itu ada sebab-sebab lain yang merupaka bagian dari perkara identitas ini. Yakni kesabaran dan keyakina akan karakter seorang generasi muda dengan identitas yang sesungguhnya sebagai sebuah promotor perubahan generasi yang akan datang. Dan jadikan diri sebagai generasi yang bukan serahkan hidupnya dengan mengejar inspirasi dak karir. Sehingga dalam kehidupan kini yang ketat ini kita mampu bergeras di semua sisi yang kita inginkan tetapi bukan untuk kehidupan yang lebih baik dan mudah karena masih ada kehidupan yang keras, sulit dan penuh persaingan.
Proses Itu Seperti Berlari.
Setiap orang pasti pernah berlari. Banyak orang memilih lari sebagai olah raga. Lari adalah olah raga yang mudah dan murah, anda hanya membutuhkan sepasang sepetu untuk melindungi kaki anda. Selain itu yang diperlukan hanya niat.
Dalam mencari kekayaan, kita semua adalah pelari. Kita semua adalah pelari yang berlari mulai dari hidup kita sampai pada akhir hidup kita. Garis finishnya adalah tujuan yang hendak di capai, kekayaan yang anda inginkan. Anda bukan pelari sembarangan, anda sedang berlari untuk lomba maraton, yaitu sepanjang hidup anda. Ini berarti anda harus bertahan dalam waktu lama, yaitu sepanjang hidup anda.
Keunikan anda sebagai pelari adalah anda berlari untuk diri anda sendiri. Anda berlari tidak untuk menang dari orang lain, anda berlari untuk kehidupan masa depan anda. Anda yang menentukan kemenangan atau kekalahan anda sendiri. Siapa pesertanya, siapa yang menyelenggara lombanya, bagaimana aturan lombanya, dimana garis finisnya, dan apa hadiahnya? Jawabannya adalah diri anda sendiri, (Baca, Running To Riches Karya : Didik Wijaya).
Sengaja saya suguhkan sebuah cerita dari karya Didik Wijaya yang mengumpamakan Hidup kaya itu sebagai pelari. Akan tetapi saya lebih perkecilkan pemaknaan cerita di atas dengan persesuaian realita sebuah komunitas yang memiliki generasi penerus. Pada konteks ini saya memberikan contoh untuk menjadi generasi yang berintelektual kritis adalah seperti seorang pelari pada lari marathon. Dimana kita sebagai generasi muda memilih sebuah proses pengembangan dan menciptakan daya kritis dengan cara yang mudah dan murah. Bukan berarti kita harus berlari untuk kejar apa yang belum kita dapat. Tetapi kita gunakan metode yang sama seperti di utarakan dalan cerita diatas. Tujuan melakukan proses ini adalah hanya untuk kita sendiri, yang bertarung keras melawan diri, hati dan pikiran yang tertinggal. Agar kita tetap sampai pada tujuan yang kita maksudkan adalah keberhasilan.
Kita mulai melakukan proses ini dari garis start dan berakhir pada garis finis yang mungkit saya dan kalian sepakati sebagai puncak atau tujuan dari prosesnya kita. Sangatlah tidak mungki jika dalam melakukan sebuah proses untuk mengembangkan keingintahuannya kita, kita harus mengunakan kepala orang alain atau sederhanany saya katakana bahwa tidak mungkin seorang yang melakukan dan kita yang mendapatkan buah jerih payah itu. Untuk itu saya sebut proses adalah umpama kita melakukan lari marathon yang dengan kebutuhan sepasang sepatu dan niatan yang kuat. Maka kita sendiri yang tadinya berdiri pada garis start akan mencapai garis finisnya dengan tenaga dan pikiran milik kita seindiri. Untuk apa? Yah untuk tujuan dari diri kita bahwa kita mendapatkan kemenangan dari proses yang peserta dan pelaksanaannya adal bukan siapa-siapa melainkan diri kita satu-satunya.
Itulah Faktanya!
Bahwa kehadiran saya dan kehadiran kalian semua di tempat ini, di komunitas atau perkumpulan orang yang tak perduli dengan cemohan ataupun ocehan generasi lain. Bagi saya adalah sangat membahagiankan, bahagia karena kita pernah bersama dalam suka dan duka, lapar dan kenyang, haus dan dahaga, atau marah dan benci. Benci pada diri, lingkungan dan generasi dari komunitas lain. Tetapi kesadaran saya mulai mengusik isi kepala ini. Pelan dan perlahan kesadaran mulai bertanya tentang hakikat kebersamaan kita yang telah dua tahun lamanya kita jaga. Ternyata hakekatnya haany benar-benar kehidupan kita sementara di lembah pendidikan. Maka kitapun harus paham bahwa untuk mengemban amanah berat sebagai generasi muda yang bertemu secara kebetulan di lembah pendidikan ini adalah hal yang sangat berharga bagi saya. Berharga dikarenakan kita telah sama-sama memerlukan suatu proses yang tepat serta metode yang tepat pula.
Agar ketika tiba waktunya kita pergi dengan perahu kesuksesan meninggalkan detail demi detail kehidupan di lembah pendidikan dan perkumpulan kita. Kita sendirilah yang mampu mempertanggungjawabkan amanah sebagai generasi muda yang pernah berbuat. Selanjutnya saya tidak punya cita-cita lain selain mengajak dan membawa kita bersama emban amanat yang ada di punggung kita kepada sebuah kesuksesan, yah kesuksesan kita. Kesuksesan kami dan kesuksesan pribadi kita yang melakukan sebuah peroses dengan metode yang sederhana seperti saya sebutkan di atas.
Namun sekarang, untuk menyongsong hari esok kitapun saya belum tau. Atau lebih jelas belum bisa kita semua bayangkan. Karena kita harus tahu bahwa didepan sana gerbang dunia luar telah terbuka lebar untuk menyambut tangan kita. Dan pelan-pelan pada detik ini, mulai dari sekarang kita diantar oleh waktu yang tidak terasa semaik melaju usia kita kepada usia-usia selanjutnya yakni usia tua dan lemah.
Tiupan Angin Yang Lembut Sekalipun.
Aku Masih Merasa Takut!
Jika saya di perhadapkan dengan seribu ekor serigala, mungkin dan sangat mungkin membuat saya menjadi manusia yang paling takut. Bahkan selalu membuat saya bimbang. Karena saya sadari bahwa taring-taring kehidupan diluar sana sangatlah tajam dan beragam, setajan taring seribu ekor serigala yang membuat saya semakin takut dan gemetar. Sangat terlalu takut keran taring-taring itupun menganga dan siap menerkam saya. Hal yang demikian apakan kalian juga mampu merasakannya ataukah sengaja untu tidak pernah melihan keluar agar tidak menjadi diri yang penakut.
Jangan hany berdiri tegak dan memandang, walaupun jauh dan samar hendaknya terus berjalan menuju kesuksesan yang telah kita cita-citahan sebelumnya. Oleh sebab itu gunakan pikiran kita yang cerdas dan kritis ini untuk dapat memperhatikan segala bentuk fenomena didepanmu yang dapat membuatmu kalah oleh kehidupan diluar sana. Dan sudahkah kalian menyadarinya. Semoga ramalanku ini benar.
Kaupun juga harus mengerti bahwa masyarakat yang ada disekitarmu adalah sekumpulan orang-orang yang sakit. Masyarakat yang tampak baik-baik saja itu sebenarnya adala sebuah banguna rapuh yang bisa di hempaskan dengan mudah kapan saja. (Baca, Sebab Mekarmu Hanya Sekali Karya : Haikal H, H). itulah sebabnya saya semakin takut menjadi seperti bangunan yang rapuh dan kapan saja jika di hempaskan bisa lenyap tanpa menyisihkan sisanya. Atau semakin takut lagi jika menjadi diri yang rapuh dan mudah di hempaskan angin yang lembut hembusannya, diri ini bisa terkoyak.
Posting Komentar