7 Kesalahan Pengelolaan Uang Entrepreneur Muda

Minggu, 06 April 20140 komentar

Me-launching sebuah bisnis dan tetap menjaga keuangan pribadi menjadi tantangan yang cukup berat. Disini adalah sedikit kesalahan yang biasa dilakukan oleh pebisnis muda mengelola keuangannya.

Hagan Major saat ini berusia 26 tahun dan telah memulai bisnis iklan online lebih dari satu dekade yang lalu tetapi dia tidak  hal yang paling penting dari keuangan.
“ Kita menyalurkan seluruh uang ke dalam bisnis dan tidak mengambil keluar uang sepeser pun perusahaan hanya memberikan makan”, kata Major, salah satu pendiri dari YellowHammer Media Group di New York. Lebih jauh lagi, mengaburkan garis pemisah antara keuangan pribadi dan bisnis akan mengacaukan organisasi. “Itu akan membuat kekacauan pajak,” dia berkata. Setelah tidak sengaja menggunakan nomor social security sebagai ganti nomor pajak perusahaannya untuk membeli barang online di 2007, Major menerima tagihan yang besar dari kantor pajak : Utang pajak dia membengkak hingga $60.000.
Major bukan satu – satunya anak muda yang salah dalam mengelola keuangan. “ Banyak entrepreneur sukses yang salah dalam mengelola keuangannya karena menurunkan prioritas keuangan pribadi dan terus memberikan tambahan uang ke bisnis mereka,” kata Eric Johnson, senior strategist konsultan keuangan di Signature, firma keuangan di Norfolk, Va.
Disini akan diberikan 7 kesalahan yang biasa dilakukan oleh entrepreneur muda dalam mengelola keuangan dan bagaimana mencegahnya.
1. Investasi berlebihan pada bisnis
Untuk menjadi lebih profesional, entrepreneur muda akan dengan mudah menghabiskan tabungan mereka. Mungkin mereka akan menyewa peralatan kantor yang mewah. Terlalu banyak menghabiskan pengeluaran pada bisnis  akan dengan cepat mengikis kemampuan keuangan pribadi kalian, kata Alexa von Tobel, pendiri dan CEO LearnVest.com, sebuah konsultan keuangan pribadi wanita. Itu akan menghabiskan tabungan Anda sebelum Anda menjual produk atau jasa. Semakin dalam entrepreneur muda itu menggali keuangan pribadinya maka akan semakin berbahaya.
Lebih baik apabila kita menggunakan uang dengan sebaik mungkin untuk membangun produk atau servis yang bagus untuk para pengguna. Tobel berkata bahwa jika kita membuat produk yang jelek, tidak ada harapan untuk mendapatkan perkembangan sedikitpun.
2. Mengambil jalan pintas
Terlalu sering entrepreneur muda mengacuhkan saran akuntan dan pihak yang berwenang menurut catatan Johnson. Mungkin mereka mengenal seorang konsultan keuangan atau pengacara untuk membantu mereka mengurus surat izin atau mengurus pembukuan mereka. Tetapi itu dapat menjadi berbahaya karena menggaji seorang pakar di bidang tertentu yang dibutuhkan untuk mengelola seluruh kegiatan. Sekali akuntan salah sebagai contoh dapat menyebabkan pajak yang membengkak. Dan terjadi kesalahan pada kondisi keuangan perusahaan, itu dapat memberi buruk pada investor sehingga ujung – ujungnya Anda akan mengeluarkan uang pribadi untuk diinvestasikan dalam bisnis.
3. Tidak Menerima Gaji untuk Diri Sendiri
Seperti Major, entrepreneur muda cenderung hidup susah lalu menanamkan seluruh sumber daya ke dalam bisnisnya tanpa menyisakan sepeser uang pun. Ketika ini bisa tetap membantu dalam mempertahankan arus kas dalam bisnis tidak masalah tetapi apabila nantinya bisnis ini hanya membayar sewa Anda dan makan siang Anda saja itu sangat berbahaya. Minimal bayarlah gaji Anda sendiri dengan gaji standar untuk tetap mempertahankan keuangan pribadi Anda dan dipisahkan dari bisnis tetapi jangan juga memberikan gaji besar kepada Anda itu hanya akan membunuh bisnis Anda sendiri.
4. Rencanakan yang terburuk
Anak muda selalu berpikir mereka 14 kaki lebih tinggi dan anti peluru kata Johnson. Tetapi sebenarnya mereka tidak begitu, mereka perlu merencanakan kondisi terburuk. Buat sebuah rencana dan beberapa asuransi untuk mendukung bisnis apabila itu tidak berjalan sesuai rencana. Johnson merekomendasi untuk membuat sebuah standar yang membantu perusahaan untuk memotong prosedur pengadilan yang berpotensi mahal  yang biasa dikenal sebagai “wasiat” dan menetapkan siapa yang harus menjalankan bisnis menggantikan Anda.
Jika Anda mempunyai rekan dan bisnis yang tidak bisa dengan mudah dijual. Johnson menyarankan membuat perjanjian jual beli. Perjanjian ini akan mengatur apabila ada pemilik yang meninggal dan secara khusus termasuk asuransi yang menyediakan dana apabila sesuatu terjadi pada pemilik.
5. Mencampur aset bisnis dan personal
Jika Anda secara pribadi menggadai rumah Anda atau rumah orang tua Anda untuk meningkatkan aset pribadi untuk tujuan bisnis. Jangan pernah lakukan itu. Jika bisnis sedang susah, kreditor bisa menyita aset pribadi Anda. Anda seharusnya menggunakan aset bisnis untuk digadaikan, jadi jika itu terjadi Anda tidak terkena dampak secara personal kata Lynn Mayabb,konsultan senior di Kansas.
6. Menggunakan kartu kredit pribadi untuk tujuan bisnis
Mengandalkan kartu kredit pribadi dapat sangat beresiko. Bukan hanya Anda bisa membayar sesuatu yang tidak seharusnya, mencampur biaya bisnis dengan pribadi bisa menjadi malapetaka bagi organisasi.
7. Merampok kas perusahaan
Jika Anda memiliki dua atau tiga bulan penjualan agak meningkat, kaum muda cenderung menjadi terlalu percaya diri, kata Mayabb. Merasa berpengalaman, mereka mulai menghabiskan arus kas bisnis tanpa memikirkan jangka panjang.Ketika mereka membutuhkan mobil, mereka membeli yang terbaik lalu beberapa bulan yang akan datang ternyata bisnisnya tidak sesukses sekarang mereka akan menjualnya. “Saya telah melihat banyak orang menguras bisnis mereka dengan cara ini,” kata Mayabb.
Artikel : startupbisnis.com
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Gemapadi Fekon - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger