Tahta_Nyata (Bertahta Dalam Perang) Oleh : Hairil Sadik

Senin, 24 Maret 20140 komentar

Salam…
Dinamika pergerakan masyarakat sosial tengah terjerembab dengan imbas dari politik yang tak berpendidikan, berbagai problema kemudian mencuat di dalam dari pada gerak-gerik masyarakat sosial itu sendiri. Banyak yang berasumsi bahwasanya pandangan dan juga pola berpolitik masyarakat sosial ini walapu tidak sesuiai dengan substansi dari politik, bagi mereka para elit politik adalah aspirasi dan juga ekspresi dari mereka yang mampu bergabung pada pola hidup berbasis pilitik.
Pola pikir dan juga pola laku masyarakat sosial pada umumnya menjadi instan yang pada kehidupan sehari-hari mereka kenal dengan perubahan jaman. Kesadaran sepenuhnya berada pada generasi muda masyarakat sosial, mereka yang mampu melawan pihak politik yang mengarahkan secara kolektif masyarakat sosial di depan gerbang kejahatan. Inikah langkah yang di sebut-sebut oleh sang arsitektur iran Ali Syariati sebagai langkah mati.
Bersemayam dengan dinamika yang berbasis politik praksis ala barat ini, banyak masyarakat sosial yang terjebak dengan pemaknaan sempit. Pola pikir serta pola laku masyarakat akan menadi miring sesuai dengan berjalannya sumber pola politik. Terkesan di tengah-tengah kehidupan selalu saja terjadi konflik baik idifidu maupun kelompok. Yang sangat prihatin lagi terjadi pertentangan pemikiran antara yang paham akan keadaan politik yang sebenarnya dan yang tidak paham. Membuat banyak suasana menjadi hanyut dalam arus yang tak berserakan dan berbaur dengan dampak yang beraroma praksis. ( Baca : Pemuda dan perjuangan)
Sekarang seluruh lapisan ini di hantui dengan kepentingan yang sebenarnya masih bersifat utopis. Sama halnya dengan membuat seatu yang tak akan membuahkan hasil, banyak juga mereka yang selalu saja melakukan cara-cara kotor ini demi mendapatkan keinginan mereka. Tak sadar dengan adat dan juga aturan yang berlaku sesuai dengan perlakuan tetuah atau yang di sebut sebagai adat se aturan oleh masyarakat kota ternate. Secara implisit faktor yang sangat mempengaruhi lapisan masyarakat ini adalah desain-desain politik yang dominan berlandaskan pada bauran tekhnologi. Dengannya semua merasa membutuhkan yang di sebut perubahan pola lama ke pola hidupyang baru.
Sudah semakin larut dan keluar dari substansi intelektualitas, kini para aktor terdepan perubahan serta pelopor pendidikan telah terkoptasi dengan issu kontemporer. Modernisasi yang menyuguhkan berbagi frem paradigma instan. Menggiring intelektual muda lupa dan mati rasa dengan benturan paradigma kontemporer ini. Sepatutnya kita sebagai intelektual muda (Mahasiswa) memberikan sebuah paradigma baru di sisi pergolakan  dan eksploitasi para elit yang masih menjajah maupun menindas negeri ini. Ingat eksistensi kita (mahasiswa) adalah agen of control dan agen of change, yang sangat erat pertaliannya dengan Tri Dharma Perguruantinggi. Di mana fokus konsentrasinya hanya berjalan searah. Namun masih banyak yang bersentuhan langsung dengan cara pandang masyarakat sosial.
Paradigma miring dan statemen yang mengamini seluruh lapisan intelektual muda adalah bukan sebagai pelopor dan aktor terdepan perubahan, akan tetapi sebagi pemberontak yang berkecimpun dengan nilai-nilai kemanusiaan. Memang tak salah apa yang kemudian menjadi stigma serta statemen masyarakat sosial menjadi kajian kritis bagi kita selaku intelaktual muda (Mahasiswa).
Baru beberapa hari yang lalu, kita sebagai generasi yang berpendidkan dan masyarakat maluku utara pada umumnya telah melewati sebuah masa yang sangat terpukul dengan kembalinya  kepada Yang Maha Kuasa seorang sosok filosof, sang fajar dan putera terbaik kawasan timur indonesia, Bapak Negeri kami,  Almarhum Bapak H. Yusuf Abdurrahman  (Bang Cecep). Akankah kita akan berhenti di sini untuk perjuangkan dan melanjutkan apa yang di perjuangkan pada saat Beliau masih berstatus generasi muda dulu dengan kembalinya Beliau kepada Yang Maha Kuasa ?
Katakan tidak dan tidak. Ini merupakan sebuah awal dari memperjuangkan jasa-jasa mereka yang berjuang serta merintis pembangunan pendidikan negeri ini dengan lantang dan nyaring suara kebenarannya, yang sampai pada saat ini jasa dan kerja keras para tokoh-tokoh pemuka pendidikan masih kita hirup dengan segar. Akan tetapi mereka sebagai pelopor pendidikan maluku utara akan menangis melihat  generasinya sendiri membombardir serta mencabik-cabik tubuh pendidikan dengan nalar yang kotor. Karena sudah terlalu jauh mengingkari sebagian unsur kemanusiaan di satu sisi dan di sisi lain kita berpegang kepada keyakinan yang menyebabkan kediktatoran sebagai cara yang paling mudah untuk menekan keinginan individual.
Meminjam kata seorang artis senior, Iwan Fals yang sangat cinta terhadap kehidupan masyarakat social yang di dera nasib kehidupannya  yang melarat dan di takdirkan menjadi para pemulung di negeri yang kaya ini, Takutnya akan ada suatu masa Generasi yang rodanya dapat menggilas keimanan dan keyakinan kita (mahasiswa) sehingga yang tinggal hanyalah pemikiran yang tidak berbekas dalam perbuatan. (Baca : Orang Pinggiran)
Yakin jelang bahwa realitas kekinian banyak sekali generasi yang di protek dari berbagai ideologi. Ada yang masih fasih, berakal, dan bijak. Namun masih banyak juga yang tak berilmu, tak berakal serta tak fasih dalam mentransformasikan ilmu pengetahuannya. Akhirnya terjadi pergolakan dan pertentangan antara kita (Mahasiswa) dan masyarakat sosial.
Aku, kamu dan kita semua harus percaya bahwa rencana dan tindakan kita harus sampai pada klimaksnya yakni kesejahteraan masyarakat sosial pada umumnya dan khususnya kita sebagai Kaum mudah (mahasiswa) penerus estafet pendidikan. Kita juga harus tau bahwa hari esok menyimpan hikmah dari apa yang kita perjuangkan. Ini merupakan sebuah akumulasi menuju kesuksesan yang di cita-citakan barsama. Ini yang di sebut penulis sebagai kado ilmiah untuk semua.
Dari dasar tentang telaah penulis terhadap beberapa hal penting dalam memperjuangkan hidup dan penghidupan di atas tertera asumsi baru yang mungkin bisa di simpan sebagai tambahan khasana ilmian untuk terus dan terus mewacanakan realitas social yang sudah menggurita di negeri ini. Masih banyak hal yang harus kita ungkap dari bait ke bait. Karena ritme kehidupan di negeri ini sedah semakin marak menjadi lading percobaan untuk saling tindas menindas. Bahkan sampai pada praktik yang tidak terkontrol membuat semuanya hanya mampu menganga dan bingung dengan perlombaan ini.
Biarkan saja semua ini berlalu untuk kita cermati. Waktu ini semakin hari akan membawa kita kepada tantangan perubahan jaman yang menggloba. Akan tetapi saya yakin bahwa kesadaran dan ketabahan hati para generasi penerus perjuangan di negeri ini akan mampu mengatus dan membawa negeri tercinta ini keluar dari bentuk problema yang tengah di hadapi negeri ini.
Dengan kekuatan dan pegangan tangan yang kuat berarti kita akan di beri kekuatan lahiriah untuk hadapi semuanya dengan rasinal, bijak dan arif. Memngingat lebel kita generasi muda adala pelopor perjuangan yang hanya didtitipkan untuk memperjuangkan dan merebur kebenaran yang hanya milik kita seutuhnya. Dan mungkin nanti mereka para pelopor yang medahului kita juga bangga terhadap generasinya yang mampu melanjutkan perjuangan mereka di titipkan itu. (baca : Anis Matta”Mencari pahlawan Indonesia”)
“Biarkan dunia patuh disaat tinta pena mulai menetes,
Dan Tetesan Tinta penamu adalah Tetesan Inspirasimu.
Wassalam… dan salam pergerakan yang menggugah nurani.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Gemapadi Fekon - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger