Salam SeNusantara…
Berdiri sebagai seorang pemimpin adalah sebuah kebanggaan terbesar dalam cerita proses atau perjalanan hidup masing-masing individu. Begitu juga hal memimpin sebuah wadah organisasi, baik organisasi yang besar atau yang kecil sekalipun. Pada prinsipnya adalah pernah menjadi seorang pemimpin adalah bukan hal yang biasa. Berawal dari pengalam pernah bergelut di tahta kepemimpin yang mungkin tidak terlalu besar yakni memimpin sebuah organisasi kemahasiswaan di fakultas ekonomi universitas khairun. Salah satu universitas negeri di belahan timur Indonesia, di Maluku utara yang juga di sebut sebagai negeri matahari terbit. Tepatnya di bagian selatan kota ternate.
Perguruan tinggi ini telah banyak melahirkan pemimpin-pemipin muda dari setiap lapisan generasinya. Begitu juga sepak terjang dalam memimpin organisasi intra kampusnya ini sangatlah tidak di kenal, akan tetapi bukan persoalan di kenang atau di tokohkan, melainkan pernah menjadi seorang pemimpin adalah hal substantive yang harus di lihat. Sangat mudah jika pemimpin di sebut-sebutkan dalam banyak diskursus tentang kepemimpinan. Akan tetapi sangat begitu besar pengaruh yang mempengaruhi diri individu yang pernah berdiri pada tahta yang satu ini.
Universitas khairun memiliki kurang lebih ribuanmahasiswanya. Namun dalam hal kepemimpinan mungkin juga tidah semuda seperti menjaring makna dalam langkah-langkah menuju jalur kesuksesan. Banyak sudah diskursus tentang pemimpin dan kepemimpina ini telah di gelar di ruang public dan rung aktivitas aktifis di Maluku utara. Sejatiny hanya untuk mencari tau titik kelemahan bagai mana seorang memimpin organisasi ini dengan seluruh akumulasi kemampuan yang ada pada dirinya.
Penulis sendiri tidak meyakini bahwa sebenarnya persoalan pemimpin bukanlah hal yang keliru untuk bahas. Semestinya yang di lihat adalah apakah tokoh-tokoh yang pernah memimpin telah memberikan kontribusi positif ataupun kerja-kerja nyatanya terhadap wadah organisasi yang pernah dia geluti.
Nusantara kita ini memiliki beribu perguruan tinggi baik yang telah ada legalitas negerinya maupun yang belum. Perguruan-perguruan tinggi telah banyak menyuguhkan pemimpin-pemimpin untum memimpin segenab organisasi di berbagai lini di seluruh penjuru nusantara. Namun ada juga yang tidak mampu menciptakan pemimpin yang berkompeten memimpin organisasinya sendiri.
Di ranah ini kita telah mengkaji lebih dalam. Ternyata secara eksplisit bukanlah sangat mudah dan biasa untuk menjadikan seorang menjasi pemimpin. Karena harus melalui berbagai macam proses, kesadaran, pengujian dan pelatihan dalam metode yang berbeda pula. Maka dari itu tidaklah menherankan jika seorang pemimpin ternyata tidak mampu misalkan. Berarti bukan kerena ketidak mampuannya, akan tetapi kekurang pengetahuannya tentang cara atau metode memimpin ini.
Sederhanya mengenderai sebuah mobil yang araha tujuannya ada di tang pengendaranya, bukankah demikian juga memimpin sebuah organisasi. Dititik ini kita seharusnya mampu memilah bahwasanya untuk memimpin dan terlihan sebagai seorang pemimpin adalah di kembalikan kepada dirinya masing.
Penulis sendiri merasakan hal yang berbeda ketika itu berdiri sebagai seorang pemimpin dalam organisasi kemahasiswaa. Karena banyak hal yang telah menjadi pertimbangan untuk dapat mengambil hikmahnya. Ketika sebelum memimpin, ada juga yang menyatakan dia adalah salah satu dari sekian banyak yang mampu memimpin. Ada juga yang katakana kau tidak bias memimpin. Bahkan ada pula yang mengakui bahwa dirinya memang sma sekali tidak bias berdiri sebagai seorang pemimpin.
Dari kesemuaan hal yang telah di uraikan di atas hanya dogmatis tunggal yang masih melintasi di pikiran individu-individu sebelum mencicipi yang namanya memimpin. Tetapi setelah pernah mencicipi atau merasakan dan bahkan menjadi salah seorang pemimpin di seluruh penjuru nusantara barulah ada kesadaran ternyata itu memanglah bukan biasa-biasa saja.
Akhirnya dalam catatan kecil ini penulis hanya menyampaikan kepada para pembaca yang budiman. Sekiranya dalam kehidupan harus kita cicipi yang namanya pemimpim agar mampu mengarahkan diri kita sendiri dan juga orang banyak ke jalan yang lebih jauh lagi. Penulis juga belum pernah melihat ternya di ruang yang satu ini belum ada ketentuan-ketentuan bahwa menjadi seorang pemimpin adalah anak dari pemimpin sebelumnya. Bukan itu yang menjadi doktrin.
Seharusnya doktrin dan dogma ini dapat mengarahkan kepada nyali dan juga semangat generasi bahwa semuanya harus menjadi seorang pemimpin yang memiliki kapabilitas, kecerdasan, baik emosional, spiritual dan intelektual. Sehinga kemampuan bukan hanya terletak pata ketiak roda pengalaman semata melainkan mampu dan bias berkompetisi dalam dunia global seperti belahan bumi yang lain.
sebelum penulis mengakhiri tulisan yang sangat sederhana ini. Ada satu hal penting perlu penulis suguhkan sebagai orang yang pernah merasa bahwa ternya memimpin memiliki pengaruh yang sangat signifikan.
Kita tidak perlu banyak-banyak mengumpul ataupun mencari banyak-banyak kekutan untuk menjadi seorang pemimpin. Akan tetapi hanya cukup dengan keyakinan setelah melewati proses untuk dapat dan menjadi manusia yang sesungguhnya seperti telah di bayangkan dan di ceritak oleh pemimpin-pemimpin yang lain
Untuk itu, terkadang untuk menjadi pemimpin ini. Banyak konflik yang nantinya meluap baik secara person individu maupun konfliknya mengarah kepada kelompok. Sehingga untuk membendung ini kita memiliki preferensi tentang pemimpin dan juga gagasan briliat yang support dari lingkungan alamnya dan juda berbagai jenis pengetahuan yang telah di klasifikasi dalam dunia kepemimpinan itu sendiri.
Sekian dari penulis. Semoga dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca yang mampu mendalami pengetahuan dan memprakarsai menjadi seorang pemimpin yang jaya, kuat, bijak dan sederhanya.
Wassalam dan salam untuk pemimpin muda.
Posting Komentar